Sabtu, 08 Juni 2013

ANALISIS TERHADAP FILM "YES OR NO"



Yes or No, Menguji Jatidiri Cinta
Sebagian dari kita mungkin percaya bahwa cinta romantis tak selalu tumbuh di antara lelaki dan perempuan. Itulah tema yang diangkat dalam film Yes or No (อยากรัก ก็รักเลย, terbaca ‘Yak Rak Ko Rak Loei, artinya ‘Biarkan Cinta Tumbuh Apa Adanya’). Film yang diproduksi oleh Bandit Thongdee melalui perusahaan film Come On Sweet mengisahkan romansa cinta antara Pie, gadis cantik imut yang diperani oleh Sucharat ‘Aom’ Manaying dan Kim, gadis tomboy berdada rata yang diperani oleh Suppanat ‘Tina’ Jittaleela. Yes or No diproduksi pada tahun 2010 dan menuai sukses besar di Thailand. Oleh karena itu, dibuatlah sekuel kedua dengan judul ‘Yes or No 2 : Come Back To Me’, Agustus 2012 oleh tim produksi yang sama.
Dalam Yes Or No pertama ini, dikisahkan, Pie, mahasiswi jurusan perikanan harus tinggal sekamar kos dengan Kim, mahasiswi jurusan pertanian. Pie sebel banget mendapatkan teman sekamar seorang tomboy. “Rasanya seperti sekamar dengan cowok,” kata Pie. Hari-hari pertama sekamar dilewatkan dengan berbagai konflik. Jane (diperani oleh Arisara Tongborisuth ), mahasiswi cantik genit, bekas teman sekamar Pie, jatuh cinta pada Kim. Bersamaan dengan itu, Pie dan Kim mulai menemukan chemistry romantis yang sama dan mulai saling jatuh cinta.
Perjalanan cinta sesama perempuan ini mulai terhambat berbagai persoalan. Persoalan pertama datang dari Van (diperani oleh Supanut Yoranun), pacar Pie yang adalah laki-laki sejati itu. Pie berpaling dari Van dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Kim. Permasalahan kedua timbul dari ibunya Pie, yang jelas-jelas menolak kenyataan bahwa putrinya ternyata berorientasi lesbian. Di bagian penghujung cerita, Kim datang ke rumah Pie, bertemu ibunya Pie dan menyatakan ingin ‘hidup’ dengan Pie. Ibu si Pie marah. Saat itu juga, Pie diminta mengaku apakah dia juga punya perasaan yang sama. Pie berbohong. Ia bilang ia tidak cinta Kim. Kim patah hati, dan pulang ke kampung halamannya di sebuah desa pertanian.
Merasa telah mengingkari kenyataan cinta, Pie yang sebenarnya juga cinta mati pada Kim, menyusul Kim ke desanya dan diterima dengan baik oleh ayah Kim yang seratus persen paham keadaan putrinya yang suka sesama jenis. Kisah Yes or No 1 berakhir dengan adegan Kim dan Pie berbaikan dengan satu pesan monolog yang berisi percakapan Pie dengan ibunya. Dalam monolog itu, Pie minta ibunya memahami keadaannya dan minta diberi waktu untuk membuktikan kebenaran cintanya pada sesama jenis itu.
Film ini disutradarai oleh Sarasawadee Wongsompetch, sutradara muda yang juga adalah seorang lesbian. Tak diceritakan apakah para pemeran lesbian dalam film itu adalah juga lesbian dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Yang jelas, film yang ditulis oleh Lalanon ini adalah film Thailand pertama bertema hubungan lesbian . Sebelumnya, pada tahun 2007, ada film ‘Love of Siam’ yang bertema percintaan sesama lelaki.


(ANALISIS TERHADAP FILM "YES OR NO")

KEABNORMALAN SEKSUIL (LESBIAN)
Diangkat dari sebuah film Thailand yang berjudul : Yes or No

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali dijumpai wanita yang histeris mengagumi seorang lelaki yang memiliki kelebihan. Salah satu contohnya adalah seseorang wanita yang berani mengatakan perasaannya pada lelaki tersebut secara langsung dan teriak histeris agar lelaki tersebut merespon tingkah lakunya. Namun berbanding sebaliknya dengan alur cerita dalam film yang saya analisis. Dalam tulisan ini, saya menganalisa sebuah film yang didalamnya terdapat orang yang mengalami kelainan psikis atau keterbelakangan pola pikirnya yang disebabkan oleh kondisi lingkungan atau pergaulan yang tidak sehat. Remaja seperti ini, pengendalian dirinya masih terbilang labil, namun itu semua tergantung pada diri sendiri. Hal itu terjadi karena masa remaja sangatlah sensitif dan sangat mudah untuk terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya -seperti yang dialami dalam film tersebut- sehingga kondisi pikirannya menjadi terpengaruh yang menjadikan wanita tersebut menjadi seorang lesbi atau penyuka sesama jenis.
Sebelumnya, kondisi psikis wanita tersebut normal. Layaknya perempuan lain yang menyukai lawan jenisnya yang menurutnya cukup sempurna. Namun karena lingkungan atau suatu pergaulan yang tidak sehat dan kurangnya perhatian dari orang-orang terdekatnya maka dia menjadi wanita yang melanggar kodrat yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Perjalanan hidupnya dalam menjalani hubungan itu sangatlah tidak mudah, banyak kalangan tertentu yang tidak setuju dengan keberadaan pola tingkah laku yang bertentangan dengan agama.

B.   Analisis
a.     Definisi  Lesbian
Lesbian adalah suatu ketertarikan seksual berlebih yang dirasakan oleh seorang wanita kepada sesama jenisnya daripada terhadap seorang laki-laki.

Menurut kacamata “Kesehatan Mental” Lesbian merupakan salahsatu gangguan kejiwaan karena Lesbian termasuk ke dalam salahsatu gejala Keabnormalan Seksuil.
Lesbian di kategorikan  sebagai penyakit fisik, lambat laun lesbian disebut-sebut sebagai penyakit sosial. Dewasa ini, lesbian sudah menjadi alternatif style bagi kalangan tertentu.
Orang yang diserang gejala ini berkeinginan untuk berhubungan dengan orang yang sejenis saja. Mungkin cinta sejenis ini beralasan dan mungkin pula hanya sepihak, yaitu yang melakukan hal itu hanya satu orang saja.
Ada perbedaan antara memiliki ketertarikan pada wanita dan minat seksual yang asli kepada wanita. Ini bukan perbedaan yang bisa dengan mudah dijelaskan dengan kata-kata karena ini berkaitan dengan perasaan-perasaan. Beberapa wanita memiliki ketertarikan secara fisik dan seksual yang konstan kepada wanita, bukannya kepada lelaki. Inilah yang dinamakan lesbian.

b.      Penyebab Wanita menjadi Lesbian
Banyak sekali faktor-faktor penyebab wanita menjadi lesbian, seperti:
1.      Pengaruh dan kebiasaan dalam keluarga.
2.      Pertumbuhan psikis-nya memang tidak diarahkan sebagaimana ia seorang perempuan.
3.   Mendapat  perlakuan seksual yang tidak wajar dari lawan jenis dan mengakibatkan trauma. Sehingga lebih menyukai sesama jenis.
4.    Akibat pengaruh pergaulan yang mengarahkan pada hal-hal yang lebih mencintai dan menyayangi pada sesama jenis. Sehingga menjadi kebiasaan dan sudah tidak asing lagi terhadap pasangan yang sesama jenis.
5.  Kurangnya perhatian dari faktor internal maupun eksternal yang dibutuhkan oleh pelakunya tersebut.

c.       Ciri-ciri Lesbi
Orang yang menjadi lesbian tidak selalu mempunyai ciri yang kuat yang membedakan dengan yang tidak lesbian. Ciri yang sering muncul, misalnya:

1.      Memposisikan diri sebagai wanita yang maskulin: penampilannya sangat maskulin, punya hobi maskulin, posesif.
2.      Menunjukkan ketertarikan pada wanita, punya ciri khusus yang menjadi kesepakatan kaumnya.
3.      Sebaliknya ciri lesbi yang berperan sebagai feminim, biasanya penampilannya dingin, ketergantungan tinggi pada pasangannya, tidak mandiri, sering cemas, jaga jarak dengan wanita lain yang bukan pasangannya, sentimentil, dan memiliki sikap dingin kepada laki-laki.

d.      Dampak Negatif dari perilaku lesbian
1)      Dampak bagi pelakunya
·         Kelainan jiwanya akibat mencintai sesama jenis, akan membuat jiwanya tidak stabil, dan timbul tingkah laku yang aneh-aneh. Misalnya, jika ia seorang lesbian maka ia akan bertingkah dan berpakaian seperti laki-laki.
·         Gangguan syaraf otak yang dapat melemahkan daya fikir, kemauan dan semangat.
·         Terkena penyakit AIDS, yang menyebabkan penderitanya kehilangan daya tahan tubuh

2)      Dampak bagi lingkungannya
·         Masyarakat menjadi terganggu dengan adanya perilaku mereka yang bertingkah di luar batas kodratnya dan berpikir untuk lebih memilih dengan memberantas tingkah laku mereka.
·         Mencemarkan nama baik orang tua dan keluarganya
·         Teman atau sahabatnya menjadi merasa malu karna memiliki teman yang berperilaku tidak sehat tersebut dan menjadi lebih memilih untuk tidak bergaul dengan mereka

C.   Kesimpulan
Lesbian adalah suatu ketertarikan seksual berlebih yang dirasakan oleh seorang wanita kepada sesama jenisnya daripada terhadap seorang laki-laki
Menurut kacamata “Kesehatan Mental” Lesbian merupakan salahsatu gangguan kejiwaan karena Lesbian termasuk ke dalam salahsatu gejala Keabnormalan Seksuil.
Lesbian memiliki dampak negatif baik bagi pelaku lesbi sendiri maupun bagi lingkungan sekitarnya. Pelaku lesbian mengalami keabnormalan seksuil yang termasuk ke dalam gangguan kejiwaan.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya lesbian. Dan faktor yang sangat berpengaruh yaitu faktor lingkungan.

D.    Saran/Solusi
         
Perlu diketahui cara untuk menyelesaikan masalah agar keabnormalan seksuil tersebut tak berlanjut ke tahap berikutnya. Permasalahan keabnormalan seksuil yang dialami oleh pelaku lesbi bisa diselesaikan dengan memberikan pengarahan serta nasehat-nasehat yang membuat ia paham betapa dilarangnya perilaku tidak sehat tersebut. Ada beberapa solusi yang dapat saya berikan untuk menyelesaikan masalah-masalah persoalan tentang perilaku menyimpang.

a.    Solusi untuk Individual
1.      Tanamkan motivasi dalam diri agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang menyimpang.
2.      Harus memiliki konsisten dalam beribadah.
3.      Selalu mohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan dalam setiap keputusan.
4.      Selalu introspeksi diri dan mohon ampunan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5.      Untuk mengubah perilaku penyimpangan ini juga tidak mudah, pelaku harus bersedia dan benar-benar ingin mengubah diri. Jadi masalah ini banyak tergantung pada diri sendiri dan lingkungannya.
6.      Berdo’a dan berupaya keras karena dengan begitu perlahan dapat membuat sadar dan takut akan melakukan hubungan yang menyimpang.

b.    Solusi untuk Lingkungan Internal
1.      Orangtua adalah yang paling wajib mengantisipasi hal itu.
2.      Usahakan untuk membawa dia ke tempat pengobatan khusus yang menangani masalah tersebut seperti psikoterapi. Dengan cara pendekatan seperti itu, maka perlahan-lahan dia memiliki pikiran positif untuk menjauhi dan tidak merasa takut akan hal-hal yang membuatnya merasa tertekan.Butuh terapi rutin untuk menumbuhkan rasa empati dan mengalihkan rasa emosi yang melatih diri meredam perasaan ingin melakukan perilaku penyimpangan tersebut.
3.      Berikan dorongan dan dukungan dari keluarga serta orang-orang terdekatnya.
c.    Solusi untuk Lingkungan Eksternal
1.      Jagalah pergaulan dengan sesama wanita yang menarik hatinya.
2.      Datangilah majelis ilmu agama dan pelajarilah agama dari sumber yang terpercaya untuk membentengi hati dari godaan tersebut.

3.      Janganlah terpengaruh oleh budaya barat yang mencoba mempengaruhi pikiran dan budaya pakaian yang cenderung mengikuti budaya mereka.

0 komentar:

Posting Komentar