A.
Pentingnya
Berilmu
Dalam memposisikan kedudukan ilmu, ajaran agama menempatkannya sebagai hal yang penting dan
utama. Hal ini dikarenakan ilmu merupakan ukuran bagi kualitas hidup manusia. Selain itu, pesatnya perkembangan ilmu
menjadi aset pembangunan, serta
berfungsi sebagai
pilar kebudayaan.
Terkaitnya dengan tujuan hidup manusia, baik di
dunia maupun akhirat, ilmu sangat berperan dalam mewujudkannya. Isyarat ini diberikan
Nabi Muhammad SAW. dengan sabdanya,
"Barang siapa
yang ingin mendapatkan kesuksesan hidup di
dunia dituntut untuk menguasai ilmu
pengetahuan, dan barang siapa yang ingin mendapatkan kebahagian akhiratnya dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan, dan barang siapa yang ingin mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan keduanya juga
dituntut untuk menguasai ilmu
pengetahuan."
Dari hadis di atas, jelas ajaran Islam
menempatkan ilmu sebagai salah satu alat untuk mencapai kebahagaian di dunia,
maupun di akhirat. Bahkan sejak awal kelahirannya, agama Islam telah menghargai
ilmu dan akal. Secara tegas hal tersebut dinyatakan dalam Al - Qur'an dengan
turunnya ayat pertama yang berisi perintah
membaca. Perintah ini mengandung makna untuk mencari ilmu. Selain itu, Nabi mendorong umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang
hidupnya, selama ada kesempatan, meskipun dengan cara merantau ke negeri Cina.
Dengan demikian, segala macam ilmu boleh dicari, dan dipelajari asalkan
mendatangkan manfaat bagi dirinya, dan bagi orang lain.
Dengan ilmu yang dimilikinya, seseorang
akan dihormati dan semakin bertambah tinggi derajatnya di hadapan Allah.
Sahabat Ali ketika oleh 10 orang yang ingin mengujinya ditanya,”Manakah yang lebih utama: ilmu atau
harta,” dengan tegas dan argumentative dia menjawab, jelas ilmu yang lebih
utama karena dengan :
1. Ilmu
merupakan warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Fir’aun dan
orang – orang serakah dan durhaka lainnya;
2. Ilmu akan senatiasa menjaga pemiliknya,
sedangkan harta harus selalu dijaga pemilkinya; Hartawan cenderung punya banyak
musuh, sedangkan ilmuan biasanya punya banyak teman;
3. Apabila digunakan, harta berkurang,
sedangkan ilmu akan bertambah;
Pemilik harta cenderung memperoleh predikat yang jelek – jelek (pelit, angkuh, dan sebagainya), sedangkan pemilik ilmu cenderung memperoleh predikat yang baik – baik;
Pemilik harta cenderung memperoleh predikat yang jelek – jelek (pelit, angkuh, dan sebagainya), sedangkan pemilik ilmu cenderung memperoleh predikat yang baik – baik;
4. Harta harus dijaga dari pencuri, sedangkan
ilmu tidak;
5. Orang yang memiliki harta akan banyak
dihisab pada hari Kiamat, sedangkan orang yang memiliki ilmu akan memperoleh
pertolongan karena ilmunya itu;
6. Harta mengalami kerusakan, sedangkan ilmu
sebaliknya;
7. Harta membuat hati keras, sedangkan ilmu
menyinari hati;
8. Harta mengantarkan pemiliknya menganggap
dirinya tuhan, sedangkan ilmu membuat pemiliknya merasa sebagai hamba.
B. Pentingnya Belajar Menuntut Ilmu
BELAJAR. Mendengar kata ini
saja sebagian orang sudah merasa ”alergi”. Yang terbayang dibenak adalah
setumpuk buku tebal yang membosankan. Banyak orang juga beranggapan bahwa
mereka sudah lama lulus dari sekolah, jadi untuk apa belajar. Orang-orang
tersebut berpikir demikian karena mereka tidak melihat ataupun belum menikmati
manfaat dahsyat dari kegiatan ”belajar”. Dengan banyak ”belajar” kita menjadi
orang yang memiliki banyak pengetahuan. Orang sekitar kita pun akan melihat dan
merasakan ”aset” pengetahuan yang kita miliki, sehingga mereka akan datang
kepada kita untuk mendapatkan ”solusi” yang mereka cari.
Belajar adalah proses untuk mengerti sesuatu. Belajar dan mengajar ilmu sama pentingnya. Keduanya tidak
bisa dipisah-pisahkan. Orang yang merasa tidak mempunyai ilmu wajib menuntut
ilmu. "Seseorang itu tidaklah akan dilahirkan dalam keadaan pandai. Jadi,
ilmu pengetahuan itu pastilah harus diusahakan dengan belajar" (Muhammad
Jamaluddin Alqasimi Addimasyqi, terjemahan. Moh. Abdai Rathamy, 1973:19). Jika
dalam hidup dan kehidupan di dunia ini tidak ada ilmu, manusia kehilangan arah
panutan dalam berprilaku sehingga dalam hidupnya benar - benar seperti bintang.
Dengan ilmu yang dimilikinya seseorang
mampu menerjemahkan, memahami, dan meneliti, serta dapat mengetahui yang benar
dan yang salah. Juga mampu membedakan barang yang halal, dan yang haram. Selain
itu juga mampu memilah mana yang wajib dan mana yang sunat.
Pengalaman (terutama
kegagalan, kesuksesan, kesalahan) adalah guru yang terbaik. Jadi, jangan pernah
melewatkan kesuksesan yang kita raih, kegagalan yang kita alami, dan kesalahan
yang kita lakukan tanpa memetik pengalaman dari hal-hal tersebut. Tetapi waktu
kita untuk belajar dari pengalaman sangat terbatas. Kita tidak akan bisa
memanfaatkan semua waktu yang kita dapatkan untuk mempelajari semua yang kita
perlukan. Untuk itu, kita perlu belajar cerdas dan bijak. Yang bisa kita lakukan
antara lain adalah belajar tidak hanya dari pengalaman kita sendiri, terutama
adalah belajar dari pengalaman orang lain. Banyak cara yang bisa dilakukan,
antara lain adalah membaca biografi orang-orang sukses.
Di dunia yang bergerak
cepat, banyak perubahan terjadi. Untuk mengendalikan perubahan ini, kita perlu
belajar. Tanpa belajar, kita tidak bisa mengejar perubahan tersebut. Dengan
belajar pun, jika tidak dilakukan dengan kecepatan yang sesuai dengan kecepatan
perubahan tersebut, belum tentu juga kita dapat bertahan. Jadi, belajar sudah
merupakan suatu keharusan, tetapi yang lebih diperlukan adalah belajar untuk
sukses, yaitu belajar dengan menerapkan strategi belajar efesien, efektif dan
bijak. Selamat belajar!!!!!!
0 komentar:
Posting Komentar