Sabtu, 08 Juni 2013

CERPEN TEKNIK KONSELING

Nama              : Ema Rahmatika Febriani
NIM                : 1211401027
Mata Kuliah : Teori BK
TUGAS PRA UAS – CERPEN TEKNIK KONSELING

SEMUA TINGGAL KENANGAN
Aku tidak pernah menginginkan semuanya terjadi seperti ini. Walau terkadang dia buatku menangis dan jengkel. Ternyata yang terjadi hanya kepalsuan yang dia berikan padaku. Dan sekarang dia tinggalkan aku, dan meninggalkan sejuta luka dan perih yang sangat mendalam di hatiku. Tapi, apalah dayaku. Semuanya sudah ditakdirkan oleh Sang Maha Pencipta. Aku harus bisa move on dan aku yakin Allah pasti mempersiapkan seseorang yang jauh lebih baik untukku.
---
Kisah ini berawal saat aku duduk di SMP. Mungkin masih dini aku mengenal cinta. Tapi, inilah kenyataannya. Awalnya aku kenal dia saat aku berada di rumah temanku, Rere. Pada waktu itu, aku dan dia hanya berteman. Tapi, seiring berjalannya waktu, hubungan kami pun semakin akrab. Jujur saja, aku ingin mengenalnya lebih jauh lagi.
Sudah 1 bulan hari-hari kulewati bersama Revi. Namun sepertinya aku mulai ada rasa padanya.[1]
Entah rasa pedas, asin, pahit, atau manis. Tapi, apapun yang aku lakukan, aku selalu mengingatnya. Oh Tuhan, apakah ini yang dinamakan CINTA?” gumamku. Sepertinya aku mulai menyukai Revi, dan aku pun mulai menyayanginya. Tapi, apakah Revi bisa mengerti perasaanku padanya? Ingin rasanya aku mengungkapkan rasa ini. Namun, aku malu karena aku gengsi. Yang bisa kulakukan hanyalah mengunggu dan selalu berdo’a. siapa tahu, suatu saat nanti, Revi juga memiliki perasaan sama seperti yang aku rasakan.
Aku selalu mencurahkan isi hatiku hanya kepada sahabatku Rere. Hanya dia yang tau dan mengerti isi hatiku.
Caca    : Re… tau gak semakin hari hati aku tuh makin sayang sama Revi, tapi aku gak tau dia tuh merasakan hal yang sama gak sih sama aku? Tanyaku sambil sedikit cemberut.[2]
Rere     : iya aku ngerti Ca, aku juga ngerasain apa yang kamu rasain[3]. Yang penting kamu harus sabar ya Ca sampe waktunya tiba. Aku juga gak bisa bantu banyak sih karna kan ini masalah perasaan kamu sama Revi. Kamu harus  optimis Ca. Ganbatte ya sahabatku hehe. Hibur sahabatku.
---
Malam hari, ketika aku sedang duduk santai di kamar sambil memikirkannya, tiba-tiba ponselku berbunyi. Tanda pesan masuk, dan ternyata itu dari Revi. Segera aku membaca pesan darinya.
Revi: “hai Ca, aku boleh nanya nggak?”
Caca: “hai juga, boleh ko, emangnya mau tanya apa?”
Rasa kaget dan penasaran sontak menghampiriku[4]. “dia mau Tanya apa ya?” gumamku dalam hati.
Revi: “tapi kamu jawab yang jujur yah? Kamu sebenarnya udah punya cowo belom?”
Waw,, apa maksudnya pertanyaan itu???? Apa jangan-jangan??? Ah sudahlah aku gak usah berharap banyak dari Revi.
Caca: “enggak salah tuh nanyanya? Aku belum punya cowo kok, emangnya ada apa yah jadi nanya gitu?”
Revi: “sama donk, kamu mau nggak jadi cewe aku?”
Duaaaarrr.. sontak aku kaget setengah mati. Rasanya seperti tersambar geledek (lebay banget ya!!!)
 Caca: “nggak salah tuch kamu ngomong gitu, jangan bercanda ach Vi!”
Revi: “aku serius Ca, jujur dengan seiringnya waktu berlalu aku mulai sayang ma suka sama kamu, apakah kamu memiliki perasaan yang sama denganku Ca?”
Caca: “gimana yah, aku harus jawab gimana?”
Revi: “jawab jujur aja koq!”
Caca: “aku sebenarnya sudah lama sayang ma kamu Vi, tapi aku malu tuk bilang ma kamu karena aku gengsi”
Revi: “jadi, sekarang kita jadian, tanggal 10 September 2011
Senangnya aku malam ini, tak sia-sia penantianku selama ini. Akupun segera mengabarkan kabar gembiraku pada Rere. Segera aku kirim pesan singkat kepadanya.
‘Rereeeeee… tau gak aku seneng bangeeett J J[5]
“seneng kenapa Ca?’[6]
‘Barusan Revi nembak aku, aku seneeeeeng banget’ balasku.
‘wah yang bener Ca? gimana ceritanya???’
‘Iya tadi dia sms aku terus nanya udah punya cowo apa belum? Terus aku jawab belom punya. Terus udah gitu dia nembak deh J J
‘Waaaah selamat ya Caca sahabatku, akhirnya penantian kamu berakhir indah. Aku ikut seneng J[7]
‘iya Re makasih ya selalu ngasih aku semangat’ balasku.
---
Waktu kian berlalu. Aku semakin sayang sama Revi. Aku merasakan kenyamanan saat aku berada didekatnya.
Setiap malam setelah aku belajar, aku tak lupa mengirim SMS padanya. Dan saat mau tidur pun, Revi tak lupa mengucapkan kata “I love you” padaku. Dan aku langsung membalasnya “I Love You too, I will Love You Always”.
---
Pada bulan Januari-April 2012, dia magang di kota Martapura yang terkenal dengan julukan Kota Intannya. Aku tak pernah curiga dengannya, meski kini aku tak pernah berjumpa dengannya, karena jaraknya jauh. Komunikasi kitapun masih tetap terjaga baik. Namun siapa yang tahu? Diam-diam ternyata dia disana mulai menyukai seorang perempuan yang memang dari dulu dia suka. Pada malam rabu 28 Maret 2012, ponselku berbunyi. Ternyata dari Revi. Langsung kubaca pesannya.
Revi: “Ca Vi lagi bingung , enggak tau kenapa Vi jadi bingung, tapi yang jelas Caca jangan marah ya kalo Vi mau jujur ma Caca?”
Caca: “ya Caca berusaha nggak marah walau kata-kata
Vi buat Caca nangis, Vi mau jujur tentang pa?”
Revi: “sebenarnya, Vi disini mulai suka ma cewe lain. Vi juga bingung kenapa rasa seperti ini harus ada, sedangkan Vi sudah punya cewe yg selalu buat Vi tersenyum, Caca bolehkan Vi punya pacar selain Caca?”
Caca: “apa
Vi?! Apakah Caca disini kurang perhatian jadi Vi bisa suka ma cwe laen?”
Aku berhenti mengetik keypad ponselku. Dengan perlahan-lahan ku menghela nafas panjang dan air mataku mulai membasahi pipiku. Aku pun melanjutkannya lagi.
Vi, jika kamu ingin punya kekasih lain selain Caca, boleh saja. Asalkan kita putus sekarang juga. Karena aku tak ingin seseorang yang ku sayangi mencintai orang lain. Sedangkan aku di sini selalu menunggunya tuk kembali!”
Revi: “maafkan Vi Caca,
Vi enggak bisa mutusin Caca karena Vi bener-bener sayang sama Caca. Tapi disisi lain, Vi pun ingin cewe itu jadi milik Vi.”
Caca: “sudahlah Vi, jika Vi menginginkan dia, oke dengan berat hati Caca harus pergi meski sulit melupakan seseorang yang kita sayang.”
Revi: “Vi enggak rela liat Caca dengan orang lain”
Caca: “Vi, meski berat tapi aku nggak ada pilihan lain, makasih semuanya Vi”
Seperti biasa aku selalu menceritakan apapun kepada Rere sahabatku. Tak terkecuali malam itu aku curahkan semua luka hatiku pada Rere. Hanya dia yang selalu ada buatku kala suka dan duka.
‘rere,, aku putus L[8]
‘apa? Jangan bercanda Ca’
‘ini serius Re, tadi aku yang putusin dia. Soalnya dia mau duain aku L
Air mata ini tak bisa ku bendung lagi.
‘hemm iya iya aku ngerti. yang sabar ya Ca yakinlah dibalik semua ini pasti ada hikmahnya, pasti nanti kamu akan mendapatkan yang lebih baik lagi dari pada dia.[9]
---
Kini, aku terpuruk lemah oleh kenyataan yang kini seakan menyakitiku. Aku tak mengaktifkan ponselku selama satu minggu karena aku ingin melupakannya. Hari-hari berlalu. Aku tak tahu apa yang sedang kupikirkan. Tak beberapa lama, pintu rumahku ada yang mengetuk. Namun, sepertinya kusangat mengenal suara itu.

“Assalamu’alaikum. Caca? Caca?” kata Revi sedikit nyaring di balik pintu.
Aku pun membukakan pintu. “wa’alaikumussalam. Eh, kamu Vi. Ada apa ya datang kesini? Ada keperluan apa ya?” aku sangat bingung kenapa dia datang kemari.
“enggak. Enggak ada apa-apa kok. cuman pengen maen ke rumah kamu aja. Boleh aku masuk rumahmu, Ca?” tanya Revi.
Aku pun mempersilakan dia masuk. “boleh kok. silakan masuk, Vi.”
“Ca, kedatanganku kesini enggak sekedar maen doang kok. ada maksud lain. Aku ingin mengulangi masa-masa bahagiaku saat bersamamu, Ca. Jujur, aku sulit melupakanmu.” Ujar Revi.
“aku enggak salah denger nih? Bukannya dulu alasan kamu mau ngajak putus karena ada cewek yang kamu suka. Kenapa sekarang ngomong ingin balikan lagi? Jangan bercanda ah, Vi!” ucapku sambil sedikit kesal.
“iya, aku minta maaf. Rasanya berbeda sekarang, Ca. Apa kamu mau balikan lagi sama aku?” jelas Revi.
“aduh, gimana ya, Vi? Bukannya aku nggak mau, karena saat kamu bilang begitu, sangat-sangat sakit rasanya, Vi”
“yah, nggak papa kok, Ca. Kalo kamu nggak mau, aku paham kok rasanya. Eh, kayaknya aku harus pulang nih, karena besok aku masih magang.” Jelas Revi lagi.
“yah, nggak papa kok, makasih sudah mau maen ke rumah aku. Hati-hati di jalan ya?” kataku.
Segera ia bergegas pulang. Akupun segera pergi ke rumah Rere dan seperti biasa aku menceritakannya padanya.
Caca : “Assalamu’alaikum, Re”
Rere : W’alaikumussalam, eh Caca ayo masuk ca” Rere mempersilakanku duduk.
Caca : “Makasih Re”
Rere : “Ada apa ca ko tumben datang ke rumah aku[10]? Tanya Rere.
Caca    : ‘Re tadi Revi ke rumah aku terus dia minta balika lagi’[11]
‘Oh ya??? Terus kamu jawab apa?’
Caca    : ‘aku belum jawab apa-apa karena aku bingung Re, apakah aku akan ngasih dia kesempatan kedua ataupun engga. Tapi jujur dari lubuk hatiku yang paling dalam aku masih saying sama dia’ curhatku pada Rere.
Rere : ‘ya aku ngerti Ca[12]. menurut kamu, kamu yakin gak dengan ucapan dia yang minta balikan itu?’
Caca    : ‘Aku juga bimbang Re apa dia serius atau engga, menurut kamu aku harus gimana?’
Rere : ‘ ya itu tergantung sama kamu Ca kalau kamu yakin dan kamu masih saying dia, kenapa engga untuk membuka hati lagi buat dia, kali aja di kesempatan kedua ini Revi bisaa memperbaiki kesalahan yang kemaren itu, semua keputusan ada di tangan kamu Ca’
Caca    : ‘iya Re makasih ya untuk sarannya. Aku akan pikirkan lagi. Aku pulang dulu ya Re’
---
Aku bingung harus jawab apa. Meski aku masih sayang, tapi dia seenaknya bilang begitu padaku. ya, aku berfikir apa salahnya jika memberi harapan yang kedua kalinya. Malamnya, aku langsung SMS dia.
Caca: “malem, maaf nih ganggu waktu kamu bilang soal yang tadi sore, pa kamu serius bilang gitu?”
Revi: “iya. Aku serius koq. Kenapa salahkan aku ngomong gitu?”
Caca: “enggak koq. Ya, gimana ya, aku bingung. Apa aku harus beri kesempatan kamu lagi? Tapi rasa ini nggak bisa bohong, aku masih sayang kamu. Apa salahnya jika mengulang semuanya dari awal lagi.”
Revi: “makasih ya kesempatannya. Aku berusaha tuk SETIA ma Caca dech. Dach larut malam, waktunya Caca bobo yah? Besok kan Caca harus school”
Caca: “oke dech”
Malam itu rasanya kebahagiaan yang lama hilang kini kembali lagi. Tapi, aku berharap aku takkan kehilangannya. Namun, apakah ini hanya sekedar sandiwara cinta belaka padaku? Setahun berlalu bersamanya.
---
Saat aku masuk ke sekolah SMA, awalnya belum terasa perubahan darinya. Hingga kusadari dia berubah. Dan 1 bulan 2 hari setelah ulang tahunku kemarin 2013, dirinya tidak ada kabar. Entah kemana dia. Aku benar-benar risau, hingga ku tak bisa memejamkan mata ini, karena kutakut kehilangannya lagi. Hingga kenyataan yang harus menjawab risauku. Malam yang dingin seakan menampakkan perasaan hatiku yang mulai pudar, rasa sayang karena dia hilang tanpa kabar.
Hingga suatu hari bunyi ponselku ternyata ada nomor baru yang memanggil. Aku bingung akhirnya aku angkat, dan terdengar suara dirinya.
“sayangku yang tercinta, maafkanlah aku sudah lama tak memberimu kabar. Sepertinya hubungan kita harus putus. Cukup sampe disini kisah kita. Kuharap, kau bahagia dengan lain.”
Belum sempat ku menjawab, ternyata sudah terputus.
Saat kumendengar kata-katanya bagiku seperti pisau yang sudah menyayat hatiku. Oh Tuhan, sebesar inikah dosaku hingga orang yang kusayang haru
s pergi lagi? Kini hanya tinggal kenangan manis saat bersamamu.
Malam ini begitu kelam. Terlalu pekat seperti hatiku yang sedang kelabu. Kesedihan yang tak kunjung usai selalu menyelimuti. Teringat akan kenangan yang dulu pernah buatku bahagia. Tapi kini semua tinggal kenangan. Tak ada lagi canda tawa. Kini semuanya telah berakhir.
---
Esok harinya, aku bersekolah seperti biasa namun dengan perasaan yang sangat berbeda. Di kelas aku diam tak bergairah, namun sahabatku yang satu ini selalu hadir disaat aku membutuhkannya. Ia menghampiri dan menyapaku.
‘Ca kenapa aku liat dari tadi kamu murung terus? Lagi ada masalah ya[13]??? Tanya sahabatku sambil menepuk pundakku.’ Memang malam itu saat Revi memutuskan untuk pergi dariku aku belum sempat bercerita pada Rere. Karna mungkin hatiku sedang sangat terpuruk.
Sontak aku kaget dan aku jawab, ‘Eh Rere ngagetin aja nih kamu. Iya aku lagi ada sedikit masalah Re.’
‘Kenapa lagi Ca? lagi gak akur ya sama Revi?’
Mataku mulai berkaca-kaca saat kudengar ia menyebut nama REVI.
‘Aku, aku…’ kataku terbata-bata.
‘Kamu kenapa Ca sama dia? Ayo dong cerita sama aku.. siapa tau aku bisa bantu’[14].
‘Revi mutusin aku Re, gak tau salah aku sama dia apa. Setelah sekian lama gak ada kabar Tiba-tiba dia mutusin aku gitu aja.[15]
‘Apa? PUTUS? Ko bisa Ca? kapan?’ Tanya sahabatku sambil terkaget-kaget.[16]
‘Iya Re 2 hari yang lalu Revi nelpon pakai nomor baru’.
‘Terus gimana?’ Tanya sahabatku penasaran.
‘ya gitu Re tanpa basa basi dia langsung mutusin aku’..
‘Ooooh gitu.. Tega banget ya tuh cowo. Emang sebelumnya kalian berantem?’
 ‘Iya Re aku juga ga ngerti Revi kaya gitu, padahal sebelumnya kita baik-baik aja. Tapi beberapa hari ke belakang aku tuh lost contact sama dia. Revi tuh tega banget sih Re, dia tuh gak pernah ngertiin perasaan aku’ sambil terisak-isak aku meluapkan semua isi hatiku pada sahabatku.
‘ya ampun Ca aku gak nyangka Revi setega itu. Sabar ya Ca aku ngerti ko perasaan kamu. Aku ngerasain gimana lukanya hati kamu saat ini.’
Air mataku deras mengalir di pipi. Aku sudah tak pedulikan lagi kondisi sekitarku yang terheran-heran melihatku.
Rere hanya diam sambil memelukku saat aku mencurahkan isi hatiku sambil terisak.[17]
‘udah dong Ca jangan terus-terusan menangisi Revi. Air mata kamu terlalu mahal untuk mengangisi laki-laki yang tak berperasaan kaya dia. Aku tau kamu masih sayang dia. Tapi udahlah kamu move on jangan kaya gini terus, kamu pasti bisa dapetin yang jauh lebih baik dari dia,menurut kamu dia baik gak untuk ditangisin? Engga kan? [18]’ hibur temanku.
‘iya Re tapi aku gak bisa bohongin hati aku, aku masih sayang sama dia.’
‘iya terus kamu mau terus-terusan kaya gini? Kamu harus move on. Jangan hanya karna hal ini prestasi kamu jadi anjlok. Bentar lagi kan kita mau ujian.[19]
‘iya Re aku bakal berusaha untuk lupain dia dan aku bakal berusaha buat move on’
‘nah gitu dong. Kamu gak usah sedih Ca aku dan temen-temen yang lain bakal selalu ada buat kamu ko’ hibur sahabatku..
‘iya Re makasih ya kamu memang sahabat terbaikku’…
Teeeet teeeeeettt suara bel tanda masuk setelah istirhat berbunyi. Dan kamipun mengakhiri percakapan.
Rere : ‘Masuk kelas yuk’[20]ajak Rere.
Caca : ‘Ayo’
Dan sejak saat itu, aku mulai belajar melupakan Revi dan berfikir lebih dewasa. Bersama teman-temanku kini aku bahagia. Semuanya kini hanya tinggal kenangan.







[1] Pengembangan kepribadian (Fase Genital) menurut Teori Pendekatan Psikoanalitik
[2] Mimik (cemberut)
[3] Empati
[4] Mimik (kaget)
[5] Sikap terbuka
[6] Teknik bertanya
[7] Mimik
[8] Teknik pemaparan masalah
[9] Acceptance, understanding
[10] Invitation to talk
[11] Pemaparan masalah
[12] Empati
[13] Invitation to talk
[14] Attending
[15] Teknik pemaparan masalah
[16] Mimic
[17] Keterampilan sailing dan teknik non-verbal (memeluk)
[18] Teknik Eksplorasi
[19] Ketrampilan mengarahkan
[20] Tenik mengakhiri percakapan

1 komentar: