BAB
I
HIDUP
ADALAH UJIAN
A.
Ketika
Ujian Diturunkan
Berapa banyak ujian berupa musibah yang telah terjadi sepanjang
sejarah manusia, baik dalam skala Individu maupun dalam skala Komunial (umat).
Musibah diturunkan oleh Allah dengan dua Tujuan:
1.
Sebagai
Fitnah dan Murka Allah
Apablia
musibah yang terjadi itu menimpa
seseorang atau umat yang membangkang dan kufur terhadap kebesaran Allah
maka bencana yang menimpa mereka adalah azab dan murka Allah Swt. Al-Quran
menjelaskan hal tersebut sebagai tanda kebencian Allah karena dosa-dosa yang
diperbuat manusia.
2.
Musibah
sebagai Ujian yang Dicintai Allah
Musibah
dan ujian yang menimpa para nabi Allahdan orang-orang saleh merupakan sarana
meraih segala bentuk kebaikan. Karena dibalik musibah dan cobaan, pasti ada
kebaikan yang menjadi tangga untuk mengantarkan mereka ke derajat yang lebh
tiggi di sisi Allah Swt. Kesabaran, ketawakalan dan keikhlasan mereka menjadi
cara unuk mengetuk surga-surga Allah yang Sarat dengan anugerah dan
keridhoannya.
B.
Cara
Manusia Menghadapi Ujian
1.
Kufur
Nikmat
Ketika
manusia diberi hal-hal yang menyenangkan baikharta, kedudukan, kesehatan dan
waktu luang, mereka lupa diri dan tidak mnyadari bahwa semua itu adlah ujian
dari Allah Swt. Mereka Lalidan tidak menggunakan semua anugerah itu untuk mencari
keridhoannya, maka mereka digoongkan sebagaiorang yang kufur nikmat. Mereka
yang mendapatkan golongan tersebut akan mendapatkan ancaman dari Allah
sebagaimana yang terantum dalam firmannya Q.S Ibrahim:7
øÎ)ur c©r's? öNä3/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyÎV{ ( ûÈõs9ur ÷Länöxÿ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓÏt±s9 ÇÐÈ
Artinya: dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
2.
Putus
Asa
Apabila
ujian itu berbentuk kesulitan hidup, mereka akan berputus asa dangundah gulana,
hal ini terjadi karena ketidak tahuan mereka akan adanya hikmah dibalik segala
cobaan dan ujian yang menimpanya akibatnya, akan melahirkan kesempitan hati dan
jiwa dalam menjalani kehidupannya. Allah berfirman dalam Q.S Al-Hijr: 56
tA$s% `tBur äÝuZø)t `ÏB ÏpyJôm§ ÿ¾ÏmÎn/u wÎ) cq9!$Ò9$# ÇÎÏÈ
Artinya: Ibrahim berkata: "tidak ada
orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang
sesat".
3.
Sabar
Jika segala ujian itu
dihadapi dengan sabar,Allah akan mencukupkan baginya pahala yang tak terputus.
Allah berfirman daam Q.S. Azzumar:10
ö@è% Ï$t7Ïè»t z`Ï%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# öNä3/u 4 tûïÏ%©#Ï9 (#qãZ|¡ômr& Îû ÍnÉ»yd $u÷R9$# ×puZ|¡ym 3 ÞÚör&ur «!$# îpyèźur 3 $yJ¯RÎ) ®ûuqã tbrçÉ9»¢Á9$# Nèdtô_r& ÎötóÎ/ 5>$|¡Ïm ÇÊÉÈ
Artinya: Katakanlah: "Hai
hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". orang-orang yang
berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas.
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka
tanpa batas.
C.
Allah
Bersama Orang-Orang yang Sabar
Sabar adalah kekuatan karakter yang merupakan bagian dari kekuatan Iradah
(motivasi). Sabar juga merupakan bagian dari akhlak utama yang dibutukan
seorang muslim daam menghadapi maslah hidupnya baik secara duniawi maupun
ukhrowi. Mengingat tingginya derajat sabar menurut pandangan Allah Swt., maka
orang yang memiliki kesabaran akan menapatkan perlakuan yang istimewa dari
Allah, akan mendapatkan ampunan segala dosanya, dan akan mendapakan curahan
kasih saya dari Dzat yang Maha Penyayang dan selalu bersama-Nya. Allah berfirman
dalam Q.S. Al Baqarah: 153
$ygr'¯»t z`Ï%©!$# (#qãZtB#uä (#qãYÏètGó$# Îö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# yìtB tûïÎÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÌÈ
Artinya: Hai
orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
BAB II
IBADAH SEBAGAI MISI UTAMA
A.
Definisi
Ibadah
Secara
etimologi ibadah berarti ‘Kehinaan’ dan ‘ketundukan’. Sedangkan secara
terminologi ibadah adalah ketundukan dan kecintaan yang penuh terhadap Allah.
Ibadah juga diartikan sebagai sesuati yang diperinthkan Allah sebagai syariat,
bukan karena adanya keberlangsungan tradisi seblumnya, atau karena tuntutan
logika akal manusia.
B. Dasar-Dasar Ibadah
Ibadah
harus dibangun atas tiga dasar yaitu
1.
Cinta
Cinta
pada Allah dan Rasul-Nya dengan mendahulukan kehendak, perintah, dan menjauhi
larangan-Nya.
2.
Takut
Ia
tidak merasa takut sedikitpun kepada segala bentuk dan jenis mahluk selain
kepada Allah. Dalam beribadah, ia harus merasa takut apabila ibadahnya tidak
diterima oleh Allah. Maka dengan rasa takut kepada Allah seorang hamba akan
snantiasa khusyu dihadapan-Nya ketika melakukan ibadah.
3.
Harapan
Yaitu
harapan untuk memperloleh apa yang ada disisi Allah tanpa merasa putus asa.
Seorang hamba dituntut untuk senantiasa berharap kepada Allah dengan harapan
yang sempurna,
C.
Hakikat
Ibadah
Hakikat
ibadah menurut Imam Ibnu Taimiyah adalah sebuah terminologi intergral yang
mencakup segala sesuatu yang dicintaidan diridhoi Allah Swt. Baik itu berupa
perbuatan maupun ucapan yang tampak maupun yang tersembunyi.
D.
Ibadah
dan Kemerdekaan Manusia
Seluruh
rangkaian ibadah dalam islam bertujuan untuk mengembalikan nilai-nilai
kemanusiaan agar sesuai dengan fitraahnya. Sebab kemanusiaan tidak akan hidup
mulia sesuai dengan yang Allah tetapkan, kecuali apabila manusia terbebas dari
segala bentuk kemusrikan dan penyembahan terhadap hawa nafsu dan tuhan-tuhan
palsu yang berbentuk Thaghut.
E.
Syarat-Syarat
Ibadah
Ibadah
yang dilakukan oleh setiap muslim harus mengacu pada dua syarat yang mutlak
yaitu:
1.
Ikhlas
2.
Sesuai
dengan Syariat/Sunah, yaitu seluruh perkataan dan perbuatan, baik lahir maupun
batin, harus sesuai dengan apa yang deprintahkan Allah dan Rasul-Nya.
BAB
III
IBADAH
DAN RUKHSHAH
Ibadah terbagi dua
yaitu ibadah Mahdhah dan ibadah Ghair mahdhah. Ibadah Mahdhah adalah ibadah yang dalam pelaksanaannya
berhubungan langsung dengan Allah Swt. Ibadah Ghair Mahdhah adalah
ibadah yang dalam pelaksanaannya bersifat horizhontal dengan sesama manusia.
Sedangkan Rukshah adalah keringanan yang diberikan pada seseorang dalam
melaksanakan ibadah, Rukshah diberikan hanya kepada orang-orang yang
memiliki udzur melakukan ibadah, rukshah bisa berupa pergantian ibadah yang satu dengan
bentuk ibdah yang lain seperti:mengganti wudhu dengan Tayamum.
Adapun ibadah
shalat wajib Rukshahnya hanya terjadi pada hal-hal dibawah ini.
1.
Seseorang
yang tertidur atau lupa sehingga waktu shalat yang ditentukan berlalu.
2.
Seseorang
melakukan perjalanan dan telah mencapai jarak tertentu menurut ketentuan syar’i
ia mendapatkan keringanan untuk menjama dan mengkhashar.
3.
Seseorang
dalam kondisi perang atau darurat.
4.
Ketika
seseorang berada di suatu tempat seperti hutan atau gunung, sedangkan ia tidak
mengetahi arah kiblat untuk shalat dania tidak ada sarana lain untuk mengetahuinya,
hingga waktu shalat telah tiba.
BAB
IV
PENYAKIT,
ANTARA UJIAN DAN KEBAIKAN
Hikmah dari ujian yang diberikan Allah kepada manusia
diantaranya adalah.
1.
Ujian
dapat berperan sebagai penebus dosa karena kelalaian dan pelanggaran manusia
terhadap larangan Allah Swt.
2.
Ujan
sebagai pengingat atas kualitas kesabaran seseorang
3.
Ujian
sebagai tangga untuk mencapai derajat yang lebih tinggi disisi Alah Swt.
A.
Sakit Sebagai Ujian
sakit
adalah sunatullah, sesungguhnyaujian yang paling ringan pada diri seseorang
adalah ujian jasmani yang lazim disebut sakit.
B.
Keutamaan
orang sakit
Diantara
keutamaan-keutamaan yang diperoleh seorang manusia yang sabar ketka sakit
adalah.
1.
Do’a
orang sakit termasuk orang yang mustajab (dikabulkan) sebagaimana do’a
malaikat
2.
Bagi
orang yang menderita cacat mata dan ia bersabar, Allah menjanjikan balasannya
yaitu Surga.
3.
Orang
yang bersabar dengan penyakit yang dideritanya termasuk penduduk surga
4.
Bagi
orang yang terbiasa mengerkajan kebaikan semasa lapang dan sehatnya, akan tetap
dicatatkan untuk pahala kebaikannya jika ia berhalangan karena sakit
C.
Iman
ketika sakit
Ketika
seseorang sakit, sesuangguhnya guncangan erada imannya sangatlah besar. Bebrapa
kiat untuk menguatkan iman ketika sakit
1.
Berbaik
sangka kepada Allah
2.
Bersabar
3.
Banyak
bersyukur kepada Allah
4.
Memperbanyak
istighfar dan menghisab diri sendiri
5.
Tawakal
kepada Allah
BAB
V
BEROBAT
Berobat adalah sebuah upaya dalam memperoleh
kesembuhan. Beberapa hadis yang
menerangkan tentang perintah berobat bagi orang sakit,
1.
Diriwayatkan
dari Usamah bin Syureil oleh Ahmad dan Ashabu Sunanserta dipandang oleh Tirmidi
Rasulullah bersabda, “berobatlah kamu karena Allah Ta’ala tidak menaruh
penyakit kecuali menediakan obatnya, keuali
penyakit yang tidak ada obatnya, yaitu penyakit tua”
2.
Diriwayatkan
Ibnu Masud oleh Nasa’i dan Ibnu Maja juga oleh Hakim yang menyatakan sahnya
hadits ini, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidaklah
menurunkan penyakit melinkan jugamenurunkan obatnya. Maka dari itu, berobatah kamu!”
3.
Diriwayatkan
oleh Muslim dari Jabir, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “setiap penyakit
pasti ada obatnya. Jika sakit telah diobati, ia akan sembuh dengan ijin allah”
A.
Berobat
Dengan Barang Yang Haram
Para ulama berpendapat bahwa pengobatan dengan barang
yang haram hukumnya haram. Pendapat ini berlandaskan dalil berikut.
GDiriwayatkan oleh Baihaki dari Ummu
Salamah dan dinyatakan sah hadits ini oleh Ibnu Hibban bahwa Nabi Saw. bersabda
”Sesungguhnya Allah tiada menjadikan obat dari barang yang diharamkan
atasmu”
1.
Diriwayatkan
oleh Abu Daud dari Abu Darda bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “sesungguhnya
Allah menurunan penyakit dan obat, serta menjadikan bagi setiap penyakit itu
obatnya. dari itu berobatkah kamu, tapi jangan berobat dengan yang haram!”
B.
Berobat
Kepada Dokter Non-Muslim
Dalam buku Al-Adabusyaria’ah karangan ibu
Muflih, Syaikh Taqiyudin berkata,
“Jika
serang Yahudi atau Nasrani ahli dalam bidang kedokteran dan bisa dipercaya,
boleh berobat kepadanya sebagaimana kita boleh menitipkan harta kita kepadanya
atau berinteraksi dalam jual beli”
C.
Larangan
Memakai Jimat
Seseorang boleh memakai jampi-jampi tang sesuai dengan
syari’ah untuk pengobatan selama tidak mengandung kemusyrikan. Namun, islam
melarang muslim menggunakan jimat untuk pengobatan. Islam melarang perbuatan
itu karena hal itu termasuk Syirik.
Diriayatkan dari Uqbah bin Amin bahwa Rsaulullah Saw.
bersabda “barang siapa yang menggantungkan jimat (Tamimah) maka allah tidak
akan menyelamatkannya dan barang siapa menggantungkan benang sebagai penjaga
(Wadi’ah), maka Allah tidak akan memeliharanya”
BAB
VI
RUQYAH
Ruqyah adalah
do’a perlindungan dari kejahatan dari kejahatan Jin dan Manusia atau penyakit
fisik. Do’a tersebut merupakan kumpulan dari ayat Al-Qur’an dan Hadits.
Islamsangat menganjurkan ruqyah dalam menyembuhkan penyakit. Menurut Ibnu Qoyim
Al-Qur’an adalah obat yang paling baik untuk menyembuhkan segala jenis
penyakit.
Syarat syarat Ruqyah diantaranya adalah sebagai
berikut
1.
Ruqyah
tersebut harus firman Allah Swt. dan sabda Rasulullah Saw.
2.
Diucapkan
dalam bahasa arab yang fasih dan daat diketahui artinya.
3.
Pelaku
ruqyah harus yakin bahwa penyakit akan disembuhkan atas ijin Allah
4.
Uqyah
tidak boleh silakukan di tempat dan dikeadaan yang diharamkan atau bid’ah
5.
Ruqyah
tidak boleh dilakukan oleh tukang sihir, dukun atau peramal
6.
Ruqyah
tidak boeh mngandung ungkapan-ungkapan atau simbol-simbol haram, karena Allah
tidak menyimpan obat dalam simbol yang haram
Do’a-do’a Ruqiyah
Ada 64 ayat yang bisa dibacakan untuk meruqyah
1.
Q.S
Al-fatihah:1-7
2.
Q.S
Al-Baqarah: 1-5, 255, 286-286,
3.
Q.S
Ali Imran: 85, 173-174
4.
Q.S
Al-An’am: 17
5.
Q.S
Al-A’raf: 54
6.
Q.S
Al-Isra: 85
7.
Q.S
Al-M’uminun : 115-118
8.
Q.S
Ash-Shafat: 1-10
9.
Q.S
Al-Mukmin: 1-3
10.
Q.S
Al-Ahqaf: 29-32
11.
Q.S
Ar-Rahman: 33-35
12.
Q.S.
Al-Qalam 51-52
13.
Q.S.
Al-Ikhlas 1-4
14.
Q.S.
Al-Falaq: 1-5
15.
Q.S.
An-nas:1-6
BAB VII
CARA ORANG SAKIT BERTHAHARAH
Thaharah yang berarti bersuci memiliki dua sifat, pertama
bersifat hakiki yaitu bersuci dengan air dari segala jenis kotoran baik
hadats besar maupun hadats kecil. Kedua bersifat maknawi yaitu mensucikan diri dari
sifat-sifat tercela.
Beberapa cara orang sakit bersuci, yaitu :
1.
Tayamum.
Apabilaia tidak mampu bersuci dengan menggunakan air karena lemah dan khawatir
akan bertambah berat penyakitnya dibolehkan untuk bertayamum.
2.
Boleh
dibantu oleh orang lain. apabila orang sakit tidak mampu bersuci dengan sendiri
maka ia dibolehkan dibantu oleh orang lain.
3.
Apabila
sebagian anggota tubuh terdapat luka yang tidak mmungkinkan dibasuh dengan air,
maka boleh bersuci dengan cara mengusapnya dengan air.
4.
Apabila
orang sakit ingin bertayamum diatas tanah atau dinding tidak memungkinkan, maka
boleh baginya dengan cara meletakkan tangannya dalam satu wadah atau alat
apapun seperti sapu tangan.
BAB VIII
CARA ORANG SAKIT MENUNAIKAN SHALAT DAN PUASA
Dalam syari’at islam tidak ada rukhsah bagi mereka
yang mukallaf untuk meninggalkan shalat.yang ada hanya keringanan dan
tatacara pelaksanannya.
A.
Cara
Orang Sakit Shalat
1)
Apabila
orang sakit ingin melakukan shalat sementara ia tidak mampu berdiri sendiri,
maka ia mendapat keringanan untuk melaksanakan shalat dengan cara bersandar ke
dinding atau mengguanakan alat bantu seprti tongkat.
2)
Apabila
tidak mampu berdiri, bisa dengan duduk dan duduk yang paling baik adalah
seperti bersila.
3)
Apabila
tidak mampu duduk, maka dengan cara berbaring dengan posisi menghadapa ke
kiblat. Namun abila tidak memungkinkan maka ia boleh shalat dengan menghadap ke
arah yang memungkinkan ia lakukan.
4)
Apabila
tidak mampu berbaring sakitnya terlalu parah, maka ia dapat melaksanakan shalat
dengan cara telentang dangan kaki menghadap ke kiblat.
5)
Ruku
dan sujud merupakan salahsatu rukun ibadah, namun apabila sakit dan tidak
memungkinkan untuk melakukannya seperti biasa maka dapa dilakukan dengan
isyarat kepala.
6)
Apabila
ia tidak mampu berisyarat dengan kepalanya maka ia dapat melakukan isyarat
dengan kedua matanya.
7)
Apabila
ia tidak mampu melakukan isyarat kepala dan matanya, maka ia boleh shalat
dengan menggunakan isyarat hatinya.
B.
Cara
Orang Sakit Berpuasa
1)
Orang
sakit yang bisa sembuh kembali, atasnya Qhada puasa yang ditinggalkan pada hari
diluar bulan Ramadhan setelah sembuh.
2)
Orang
sakit yang tidak bisa sembuh kembali, tidak atasnya Qhada puasa namun ia wajib
membayar fidyah.
BAB IX
DZIKRUL MAUT (Mengingat Kematian)
Sakit merupakan salahsatu peringatan menuju kematian, walaupun
tidak sedikit hamba Allah yang mati tanpa sakit terlebih dahulu. Namun setiap
orang mu’min patut mengingat kematian, kapanpun dan dimanapun.
Abu Hurairah meriwayatkan sabda Rasulullah Saw. “perbanyaklah
mengingat yang menghancurkan kelezatan, yaitu mati”. (HR. Tirmidzi, Nasa’i
dan Ibnu Majah)
0 komentar:
Posting Komentar